Bingung kenapa tagihan cloud data warehouse membengkak padahal price list-nya terlihat murah? Artikel ini membedah tuntas cara kerja billing 5 pemain utama (Snowflake, Databricks, ClickHouse, BigQuery, Redshift) agar kamu bisa membandingkannya secara apple-to-apple.
📉 Masalah: Harga di Brosur vs Realita Tagihan
Seringkali engineer terjebak ilusi harga karena setiap vendor menggunakan bahasa yang berbeda:
🤯 Satuan yang Membingungkan: Snowflake pakai "Credits", Databricks pakai "DBUs", BigQuery pakai "Slots", Redshift pakai "RPUs". Mustahil membandingkan harga hanya dengan melihat tabel harga per jam.
🎭 Ilusi Runtime: Query yang berjalan cepat di satu platform belum tentu lebih murah dibanding platform lain yang lebih lambat, karena cara mereka menghitung "meteran" biaya sangat berbeda secara fundamental.
🛠️ Solusi: Framework Bench2Cost
Penulis memperkenalkan metode "Bench2Cost" untuk menormalisasi biaya:
📊 Metodologi: Menggabungkan raw benchmark runtime (dari ClickBench) dengan pricing logic spesifik tiap vendor untuk menghasilkan angka "Real Dollar Cost" per query.
🔍 Bedah Model Billing 5 Raksasa
Berikut cara sebenarnya mereka menagih uangmu:
❄️ Snowflake: Model Provisioned T-Shirt Sizes. Kamu menyewa warehouse ukuran tetap (XS, S, M, dst). Tagihan berjalan berdasarkan waktu warehouse hidup (Credits/jam), terlepas dari apakah CPU dipakai 100% atau cuma 10%.
🧱 Databricks (SQL Serverless): Mirip Snowflake, menggunakan model Provisioned Cluster. Kamu memilih ukuran cluster, dan ditagih per "DBU/jam". Menambah cluster (scaling) bersifat linear terhadap biaya.
🖱️ ClickHouse Cloud: Model Flexible Provisioned. Menggunakan satuan standar "Compute Units" (1 Unit = 8GB RAM + 2 vCPU). Keunggulannya adalah fleksibilitas node sizing dan kemampuan single query untuk menggunakan resource lintas node (horizontal scaling).
⚡ Google BigQuery: Model Serverless Shared Compute. Sangat berbeda karena tidak ada cluster yang perlu di-size. Kamu bayar berdasarkan "Slot-seconds" (kapasitas komputasi yang dipakai) atau "Bytes Scanned" (data yang dibaca).
🔴 Amazon Redshift Serverless: Model ML-Driven Serverless. Menggunakan "RPUs". Uniknya, AI memprediksi seberapa berat query kamu dan mengalokasikan resource sebelum query berjalan. Tagihan berbasis RPU-seconds.
💡 Key Takeaways
⚠️ Runtime ≠ Cost: Jangan tertipu kecepatan semata. Pahami Billing Unit di balik layar untuk tahu biaya sebenarnya.
🏆 Efisiensi ClickHouse: Berdasarkan analisis Bench2Cost, ClickHouse Cloud diklaim memberikan cost-performance terbaik untuk workload analitik skala besar karena model compute unit-nya yang transparan dan efisien.
🧠 Pahami Sebelum Memilih: Untuk workload yang jarang tapi berat, model Serverless (BigQuery/Redshift) mungkin cocok. Tapi untuk workload analitik intensif, model Provisioned yang efisien (seperti ClickHouse) seringkali menang banyak.
👇 Diskusi Yuk!
Kalian tim mana nih? Tim "Serverless" (bayar per query/scan) atau Tim "Provisioned" (sewa cluster per jam)?
Pernah punya pengalaman "horor" kaget liat tagihan cloud di akhir bulan? Ceritain di kolom komentar ya! 👇
Sumber:
https://clickhouse.com/blog/how-cloud-data-warehouses-bill-you
#CloudComputing #DataWarehouse #DataEngineering #Snowflake #BigQuery #ClickHouse #Databricks #Redshift #CostOptimization #TechTips